Bismillah, Aku Berhijab
”Dunia adalah perhiasan
dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalehah.” (HR.Muslim)
Barakallah, Untuk saudariku
yang sudah berhijab. Banyak-banyaklah bersyukur kepada Allah. karena Allah
telah memilih kita di antara semua wanita yang digerakkan hatinya untuk
melaksanakan perintah-Nya. Namun untuk saudariku yang belum berhijab, jangan
bersedih. Sesungguhnya Allah maha pengampun, bersegeralah memperbaiki diri
sebelum penyesalan menghampirimu.
Buang jauh-jauh fikiran bahwa perempuan yang berhijab adalah
perempuan yang harus sempurna pemahaman agamanya. Sungguh itu adalah tipu daya
setan yang ingin menyesatkanmu agar engkau tak merasakan nikmat-nya surga .
Aku teringat ketika aku masih SMA, aku belum mengenakan hijab saat
itu. Saat teman-temanku bertanya kapan aku akan berhijab?, aku menjawab “Aku
akan berhijab, setelah Catherina (temanku yang nonmuslim) berhijab.” waktu itu
aku berfikir yang penting hatinya baik, daripada mereka yang mengenakan hijab
tapi perilakunya sangat buruk. Padahal bukankah lebih baik bila kalian berhati
baik lagi berhijab?.
Belakangan ini pun sering terdengar kalimat berhijab itu butuh hidayah. Banyak yang salah
kaprah bahwa hidayah itu akan datang dengan sendirinya padahal hidayah itu
harus di jemput, kamulah yang harus meraihnya.
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah
apa-apa yang pada diri mereka.”
(QS 13:11)
Ingatlah bahwa berhijab adalah perintah Allah sama dengan perintah
untuk melaksanakan shalat dan puasa yang apabila kita meninggalkannya maka
berdosalah diri ini.
Ingatlah bahwa kematian itu pasti. Kita tidak pernah tahu kapan Allah
memerintahkan malaikat maut untuk menjemput kita. Bayangkan jika saat itu
kalian belum berhijab, kalian belum menjalankan satu kewajiban dari Allah.
Sungguh azab Allah begitu pedih. Na’udzubillahiminzalik.
Segeralah berhijab meskipun engkau merasa terpaksa. Aku ingin
berkisah awal-mula aku memutuskan berhijab.
11 Agustus 2010 adalah hari pertama aku mengenakan hijab. Aku
berhijab bukan atas kemauanku sendiri tapi dikarenakan aturan kampus yang
mewajibkan semua mahasiswinya yang beragama islam untuk berhijab. Berat! Sangat
berat bagitu. Bahkan aku sempat protes kenapa sih ada aturan seperti ini?
Bukankah hijab itu harus dari hati?
Bukankah hijab itu urusan aku dengan Tuhan-ku?
Bukankah setiap orang memiliki hak untuk memilih? Memiliki hak
atas dirinya sendiri?
Namun tak ada pilihan lain, jika ingin tetap berkuliah di kampus
tersebut satu-satunya pilihan aku harus memaksakan diriku untuk berhijab.
Akupun mengenakan hijab hanya jika ke kampus saja setelahnya
nyangkut deh di gantungan pakaian (hehehe..jadi malu). Tapi ada pepatah yang
mengatakan ala bisa karena biasa, akupun mulai terbiasa untuk mengenakan hijab.
Aku mulai merasa risih ketika orang-orang melihatku tak mengenakan hijab,
merasa mereka menatapku dengan tatap menyindir kok kadang berhijab kadang nggak
padahal mungkin saja orang itu tidak tahu kalau sebenarnya aku berhijab
meskipun sebatas hijab kampus. Dan semenjak itu hingga detik ini hijab telah
menjadi kebutuhan bagiku.
Belajarlah pelan-pelan. Sungguh Allah mencintai hambanya yang
terus berproses memperbaiki diri. Memang tak mudah layaknya hari yang begitu
gelap dan mencekam, matahari tertutupi oleh pekatnya awan dan derasnya hujan
namun setelah itu ketika hujan mulai reda ketika matahari mulai menampakkan
cahayanya ada karya maha indah di langit Allah, itulah pelangi yang hanya akan
telihat setelah badai menyelimuti hari.
Lepaskan semua keraguan di hati, yakinlah ketika engkau memutuskan
untuk berhijab engkau akan merasakan sebuah kenikmatan yang begitu nikmat,
kenikmatan yang tidak akan kau temukan ditempat yang lain. mari kita sama-sama
berdoa :
Bismillah Ya Allah aku berhijab, mudah-mudahan dengan hijab ini
aku menjadi hamba yang taat kepada-Mu, hamba yang senantiasa menjalankan
perintah-Mu. Yakinkan hatiku bahwa ini jalan yang terbaik yang Engkau pilihkan
untukku. Aamiin
Makassar, 22 Oktober 2015
Komentar
Posting Komentar